Senin, 24 Oktober 2016

MENGABADIKAN KITA: ROYALTI, DAMBAAN SETIAP PENULIS

MENGABADIKAN KITA: ROYALTI, DAMBAAN SETIAP PENULIS: Benarkah? Maka, jawabnya benar. Tapi, itu hanya salah satu dari hal-hal yang menjadi tujuan atau keinginan seorang penulis. Menurut saya ...

Minggu, 02 Oktober 2016

KALI BERSIH PROGRAM-NYA FOKE ...??

PASUKAN Oranye Jakarta gajinya gede lhooo, setara kerja di kantoran. Tugas mereka siap siaga membersihkan sampah-sampah, bahkan sebatang puntung rokokpun harus disingkirkan, supaya Jakarta lebih bersih dan indah dipandang mata. Itu permintaan dengan amat sangat dari seorang Gubernur DKI Jakarta, Bapak Basuki Tjahaja Purnama kepada pasukan oranye. Jika rajin dan jujur, beliaupun tidak sayang-sayang untuk memberikan gaji dan tunjangan hidup yang layak. Kurang apa coba..??

Jakarta semenjak di Pimpin Ahok memang berubah signifikan. Bukan hanya mampu memerangi sampah-sampah yang berserakan atau anyut di sungai, tapi juga berani membuang sampah-sampah birokrasi pemerintahan  yang suka makan gaji buta. Sampah-sampah masyarakat seperti ini juga tidak kalah menjijikan di mata kita. 

Sebagai orang yang kebetulan lahir dan besar di Jakarta, dari engkong sampai cicit, alias orang Betawi asli aku tentu merasa bangga punya wilayah yang makin hari makin kinclong. Klimis di mana-mana. Mulai dari kebersihan  kantor yang terus membasmi maling-maling birokrasi, kebersihan jalan raya sampai sungai-sungai yang ada di Jakarta. 

Oya, setahuku baru Ahok yang berani melalukan perubahan drastis untuk Ibu Kota seperti itu. Yang lainya hanya program dan program, lalu di simpan di laci. Jarang sekali melakukan tindakan nyata. Kecuali saat-saat tertentu saja, seperti saat menjelang Pilgub.  Kalau Pak Anis bilang program kali bersih itu sebenarnya milik Bang Foke (Fauzi Bowo), mungkin saja. Mungkin juga gubernur-gubernur sebelumnya. Tapi mereka pernah  melakukan tindakan nyata tidak  ?? Seingatanku tidak. Malah justru kotor di mana-mana. Memalukan, padahal Jakarta itu Ibu Kota Negara, pintu gerbangnya Indonesia.

HOK ARTINYA BELAJAR

Awalnya Basuki Tjahaja Purnama kecil hanya penduduk Desa Guntung, Kabupaten Belitung Timur. Di desa Ahok berhasil menamatkan sekolah SD Negeri III  dan SMP Negeri I Gantug. Sebelum akhirnya hijrah ke Jakarta dan bersekolah di SMA III PSKD (1984), lalu melanjutkan kuliah di Universitas Trisakti jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral (1989) dan Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen Prasetya Mulya (1994).  

Selama di Jakarta ia diasuh oleh seorang wanita Bugis beragama Islam, perempuan itu bernama Misribu Andi Baso Amier binti Acca. Sebelum mendiang ayah Ahok, Indra Tjahaja Purnama, meninggal dunia ia telah menitipkan Ahok remaja kepada ibu Misribu, yang merupakan keturunan raja Bone, selama menuntut ilmu di Jakarta.  Ibu Misribu lah orang yang pertama kali percaya bahwa suatu hari kelak Ahok menjadi orang besar dan menolong orang banyak dari jabatannya. 

Nama panggilan Hok berasal dari ayahnya. Sang ayahnya ingin Basuki menjadi orang yang sukses dan memberikan panggilan khusus buatnya, yakni " Banhok", berasal dari kata " Ban" artinya puluhan ribu, "Hok" artinya belajar. Jika digabungkan "Ban-Hok" maknanya adalah "belajar di segala bidang"

Setelah lulus kuliah Ahok mulai bekerja dan berkarier. Ia pernah menjadi Direktur Eksekutif Center for Democracy and Transparancy, Direktur PT. Nurindra Ekapersada, staf dan direksi bidang analisa biaya dan keuangan PT. Simaxindo Primadaya, Membangun cikal bakal Kawasan Industri Air Kelik, sampai ia akhirnya berkarier di bidang politik. Ia menemumpuh karier politiknya dari bawah ( DPRD Tingkat 2 ) sampai ke tingkat pusat, kemudian melesat menjadi wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Jokowidodo kala itu, sampai ia kini menduduki kursi DKI I kini. 

Selama berkuasa, Ahok banyak melakukan perubahan-perubahan yang signifikan. Walau demikian segala kebijakannya kerap mengundang perlawanan dari berbagai macam pihak. Tapi Ahok tergolong pemimpin yang berani, mulai menghadapi kisruh anggaran siluman, hak angket yang mengancam kedudukannya, kisruh RS, Sumber Waras, melakukan penggusuran pemukiman di beberapa tempat , dsb. Belum lagi yang menyudutkannya karena Ahok berasal dari etnis minoritas di Indonesia. Tapi semua itu berani ia hadapi, entah dengan melakuan serangan balik atau cukup menanggapinya dengan goyon sambil cengangas cengenges.

Salah satu daya tarik Ahok, khusunya kalangan anak muda Jakarta adalah sikapnya yang  apa adanya, suka melontarkan kata-kata blak-blakkan, terkadang membuat lawan politiknya geram. bikin. Dari sikapnya yang nyebelin tapi jujur itulah ia mendapat kepercayaan banyak orang. Walhasil, dukungan untuk Ahok makin bertambah besar, terutama dengan munculnya sekelompok anak muda yang menamakan dirinya Teman Ahok. Dengan suka rela mereka bekerja untuk menggalang dana dan masa agar Ahok dapat maju lagi menjelang polkada DKI Jakarta nanti melalui jalur independen. 

Karena memiliki daya "jual" tinggi, Ahok kemudian dilirik dan diusung beberapa parpol untuk maju lagi menjadi DKI I. Bagaimana dengan nasib Teman Ahok kini...?? Apakah di tinggal Ahok yang telah ikut membesarkan namanya...?? Tentu saja tidak. Ahok dan Teman Ahok masih tetap solid sampai saat ini. Nampkanya satu sama lain ingin terus belajar. Belajar memperbaiki diri dan lingkungan. Tak salah lagi dengan sebutan "Hok" (belajar) yang pernah diberikan mendiang ayahnya, Indra Tjahaja Purnama. 

Senin, 05 September 2016

APA KABAR TETANGGA..??

Bertetangga adalah kumpulan beberapa keluarga pada lingkungan yang sama, juga bisa dianggap sebuah miniatur  negara, yang dilembagakan dengan sebutan  Rukun Tetangga (RT). Seperti juga halnya bernegara dalam skup yang lebih besar, di dalam Rukun Tangga juga harus memiliki kesadaran antara hak dan kwajiban orang-orang yang menjadi anggotanya. Dan itu kerap kali kurang mendapat perhatian terutama warga perkotaan, seperti Jakarta, yang umumnya cuek satu sama lain. Bayangkan, rumah berdempetan saja belum tentu saling kenal dan mau mengenal. Berpapasan saja belum tentu mau bertegur sapa. Lalu bagaimana ya jika salah satu tetangga tengah ditimpa musibah, entah itu rumahnya kemasukan maling, ada yang meninggal dunia, kebakaran, sdb...Apa iya kenalan dulu baru minta tolong..?? berbasa- basi dulu ngalor-ngidul baru minta bantuan..?? 

Untuk itu biasanya Kepala Rukun Tetangga membuat program-program yang mempererat  rasa kebersamaan warganya, entah itu membentuk kegiatan arisan, senam jantung sehat, kegiatan keagamaan , dsb. Tapi lucu-nya banyak Kepala Rukun Tetangga yang gaya-nya kayak pejabat tinggi; nggak mau blusukan kerumah-rumah tetangganya. Kalau ketemu warga pasang muka angker, biar orang tau kalau beliau seorang pejabat, walau tingkat paling bawah. Bahkan ada lho, seorang Kepala Rukun Tetangga yang sampai nggak punya waktu sama sekali untuk ngurus surat-surat kebutuhan warganya. Warga butuh tanda tangan malah diwakilkan sama istri atau anaknya. Tapi entah kalau ada warga yang butuh tanda tangan untuk ngurus jual rumah atau tanah...?? Kalau yang ini mungkin Pak Rt selalu sempat. Ngobyek brooo...ngobyek....!

Kalau warganya dibiarkan, maka tidak ada pilihan lain selain tiap tetangga harus bisa  mengurus dirinya atau keluarganya sendiri. Di situlah asal muasal munculanya rasa cuek antar tetangga, bahkan sampai pada tarap berlebihan.  Jika ada yang jatuh sakit atau ada yang meninggal dunia diusahakan di urus sendiri. Nggak perlu koar-koar ketetangga. Tapi apa iya kalau ada yang meninggal dunia  sama sekali nggak merepotkan tetangga ..?? semisal, mayatnya di suruh mandi sendiri, pakai kain kapan sendiri dan berangkat kepemakaman sendiri. 

Semandiri-mandirinya kita dalam hidup tetap saja kita butuh hati tetangga, masih diperlukan rasa empati antar tetangga, semisal nggak mengeraskan sound  saat tetangga ada yang jatuh sakit atau ada yang meninggal dunia. Terlebih kalau ada  tetangga yang lagi sakit gigi, mungkin  bisa nekat ngacak-acak jemuran tetangga. Belum lagi jika salah satu tetangga kita ada yang kemasukan maling. Masa kita biarkan maling masuk rumahnya, apa lagi sampai mempersilahkannya masuk...Maka itu, bertetanggalah.

Bagi kaum ibu-ibu yang rumahan nampaknya masih lumayan kepekaan hidup bersosialnya. Kalau kepapasan dengan sesamanya masih mau menyapa;" Eee..mpook mau kemaneee ...??

" Ini bu de...Mau beli sayuran..."

" Bareng dong. "

Biasanya kalau sudah saling sapa, saling kirim-kirim makanan, maka terbangunlah rasa kebersamaannya di antara mereka. Sama-sama ibu-ibu maksudnya..Sama-sama ditinggal suami bekerja. Hari-hari berikutnya mulai deh ngajak ngerumpi, mulai deh ngajak rujakan. Mulai deh cari kawan buat manjat pohon mangga di halaman rumah orang ( yang ini ngarang bgt, sorry ), mulai deh bertukar informasi warung sembako yang harganya lebih miring, mulai deh arisan, mulai deh ngajak jalan-jalan ke mall...Dan seterusnya..dan seterusnya. Itu semua sikap yang bagus untuk menjaga rasa persatuan dan kesatuan. 

Selagi itu positif, saya yakin Pak Rt  tentu setuju-setuju saja. Paling Pak Rt ngaku-ngaku ;" itulah berkat binaan saya selama mengemban amanah sebagai Kepala Rukun Tetangga di sini

". Preet ! Di mana-mana pejabat tingkahnya tengik, walau cuma Rt.

Minggu, 04 September 2016

WAJAH IWAN FALS MEMBAWA BERKAH

Ada gula ada semut, ada konser Iwan Fals ada sederet pelapak yang menggelar dagangan dengan segala macam merchandise  Oi/Fama, dari mulai gantungan kunci, dompet, ikat pinggang, kaos, jaket dsb. Semua bergambar logo Oi atau wajah sang idola, Iwan Fals. Ya ealaah .., wajah Iwan Fals. Kalu wajah Oma Irama namanya konser dangdut  kelleeees

Wajah komersil Iwan Fals kali ini jadi perhatian khusus saya. Pasalnya wajah musisi yang sudah menginjak 55 tahun tersebut masih menjadi komoditi andalan untuk fashion kaum Oi/Fama. Ada bebarapa desain kaos bergambar Iwan Fals yang rambutnya sudah memutih, tapi cukup laku keras dikalangan anak muda. "Makin tua makin antik, bang..." mereka beralasan.

Tapi, ada beberapa desainer  mulai menganggatkat lagi poto-poto jadul Iwan Fals kala masih muda. Entah dengan rambut gondrongnya yang kriwil-kriwil atau berkepala plontos. Trend dalam dunia fashion memang perlu dimodivikasi. Diputar tiap waktu; desain  lama dianggakat kembali menjadi baru. Begitu juga tema-tema yang diangkat, masih seputar judul-judul atau penggalan-penggalan lagu Iwan Fals.

Pagelaran konser Iwan Fals memang selalu membawa berkah bagi orang-orang di sekitar. Bukan hanya para pelapak kaos, tapi juga yang lainnya, seperti pedagang asongan, tukang parkir, tukang kacang rebus, tukang kopi, agen-agen atau calo-calo tiket konser, dsb. Banyak kepala yang ikut mengais rejeki di situ. Itu menunjukkan asas manfaat ekonomi
yang melebar kemana-mana, hanya gara-gara satu sosok  saja, Iwan Fals, Luar biasa !
+Komunitas Blogger Indonesia 





KEMBANG PETE